Sunday, October 18, 2020

Waduh! Pekan Depan IHSG Berpotensi Menguat, Ini Sentimen Penggeraknya

Waduh! Pekan Depan IHSG Berpotensi Menguat, Ini Sentimen Penggeraknya

Sepekan ke depan, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) diproyeksikan akan menguat terbatas.

Misalkan saja, Eli Lilly yang menghentikan uji coba karena ungkapan keamanan. Sebelumnya, Johnson & Johnson juga menjalani hal yang sama dengan ungkapan efek samping yang belum dapat dijelaskan secara medis.

“Hal ini membuat pasar berpikir proses pencarian obat dan vaksin Covid-19 tidak mudah dan masih butuh waktu lama,” jelas dia.

Sementara itu, harapan akan realisasi stimulus fiskal di Amerika Serikat menjadi perhatian pelaku pasar beberapa pekan ke depan.

Menteri Keuangan AS Steven Mnuchin berbicara kepada Ketua DPR AS Nancy Pelosi, Presiden Donald Trump akan "mempertimbangkan" menaikkan jumlah bantuan pada paket stimulus fiskal 1,8 triliun dollar AS yang diusulkan sebelumnya. Di sisi lain, sentimen pilpres AS masih menjadi isu utama penggerak bursa saham. Kandidat dari Partai Demokrat, Joe Biden, diperkirakan akan menang pada pemilihan presiden AS 3 November 2020 mendatang.

Beberapa jajak pendapat menyebutkan, Biden memimpin atas kandidat dari Partai Republik Donald Trump.

Pemerintah Perancis mengumumkan keadaan darurat kesehatan masyarakat, karena terjadi kenaikan rawat inap akibat Covid-19 di atas ambang batas 9.100 untuk pertama kalinya sejak 25 Juni. Inggris mengumumkan langkah-langkah ketat untuk mengurangi penyebaran Pandemi Covid-19 di London. Ini membuat Inggris mendekati lockdown nasional kedua.

 

Ancaman gelombang kedua Covid-19 akan menjadi sentimen negatif yang diperhatikan pelaku pasar pekan depan.

Sementara itu, pasar saham dunia memasuki periode laporan keuangan kuartal ke III tahun 2020. Menurut data Refinitiv, dari 49 perusahaan di S&P 500 yang telah melaorkan kinerjanya, sebanyak 86 persen memiliki kinerja baik dan melewati perkiraan para analis. Demikian juga di Indonesia, kinerja emiten akan tumbuh positif di kuartal ke III tahun 2020 akibat banyaknya upaya dari otoritas pasar modal dan pemerintah yang mendorong kinerja positif korporasi.

Diperkirakan kinerja emiten akan lebih baik daripada kuartal II 2020 dan juga akan lebih baik dari kuartal pertama tahun 2020.

Di sisi lain, komentar Bank Dunia tentang Omnibus Law UU Cipta Kerja sangat positif. Bank Dunia menilai Undang-undang sapu jagat ini merupakan upaya konkret pemerintah Indonesia menjalani reformasi besar-besaran di sektor bisnis. Aturan ini akan menjadikan Indonesia lebih berdaya saing dan mendukung aspirasi jangka panjang bangsa untuk menjadi masyarakat yang sejahtera.

Penghapusan pembatasan yang berat pada investasi menandakan bahwa Indonesia terbuka untuk bisnis. “Undang-undang ini dinilai dapat membantu menarik investor lebih banyak berinvestasi di Indonesia, mampu menciptakan lapangan kerja dan membantu Indonesia mengatasi masalah kemiskinan. Pelaku pasar keuangan sangat positif dengan UU ini sehingga penolakan keras akan menjadi sentimen negatif bagi pasar,” tegas Hans.

Aktifkan Notifikasimu

Jadilah yang pertama menerima update berita penting, topik menarik, dan informasi lainnya

Aktifkan

Belum berhasil mengaktifkan notifikasi Kompas.com? Klik di sini

Mengatasi Whatsapp Business Sering Error dan Diblokir Sendiri

Contoh Penerapan Algoritma Enkripsi AES di Pemrograman PHP

No comments:

Post a Comment